Bekerja di rumah membawa berkah

|| || || Leave a comments
 Saya mengawali tulisan ini dari kisah dua orang anak yang melakukan percakapan.
Anak 1: “Aduh, bajuku kotor deh. Pasti ibu marah lagi, capek nyuciin bajuku”
Anak 2: “Wah, kalau ibuku sih gak bakal marah. Katanya berani kotor itu baik. Ibuku kan hebat!”. Sejenak mungkin bila diperhatikan tidak ada yang aneh terhadap percakapan tersebut.
Tapi, saya melihat ada dua didikan yang berbeda dari ibu masing-masing anak tersebut.  Ibu si anak pertama, mungkin kesehariannya suka banyak mengeluh atau minimal keluhannya disampaikan atau terdengar oleh anaknya.
Sehingga anaknya merekam keluhan ibunya dan menyimpan dalam memori hingga suatu saat ia terbayang bahwa ketika bajunya kotor, pasti ibunya akan marah dan mengeluh capek lagi karena nyuciin baju anak tersebut. Sedangkan ibu dari si anak kedua, penilaian saya adalah komunikasi yang terjalin antara ibu dan anak sangat baik.

Mungkin si ibu selalu menyampaikan kalimat-kalimat positif kepada anaknya sehingga sang anak merekam dalam memori dan suatu saat ketika si anak merasa bajunya kotor itu bukanlah permasalahan besar karena ibunya hebat dan bisa membersihkan pakaian kotor anaknya tersebut. Dear ibu-ibu shalihah di manapun berada… Saya sangat memahami bahwa menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Menjadi IRT adalah sebuah pekerjaan.

Ya, pekerjaan yang dilakukan di dalam rumah. Saya pun turut mengalami karena saya termasuk IRT juga. Seringkali saya perhatikan di media sosial, banyak ibu yang sering mengeluh lantaran menjadi IRT. Keluhannya adalah terkait aktivitas rumah tangga yang melelahkan seperti mencuci baju, menyetrika, menyapu dan pel lantai serta aktivitas lainnya yang terlihat sepele seperti membereskan mainan anak yang berantakan atau membereskan barang-barang yang berceceran di lantai karena suami suka menaruh barang sembarangan.

Saya yakin, hal semacam itu tidak hanya dialami oleh seorang ibu rumah tangga saja melainkan banyak pula yang mengalaminya. Dampaknya, sering keluhan itu kita lontarkan pada anak dan suami kita. Semisal suami pulang bekerja, bukan disambut dengan senyuman dan wajah yang cerah namun baru selesai suami mengucap salam, langsung deh diborong oleh keluhan kita “aduh, aku capek banget nih mas, rumah gak bersih-bersih”, “wah mas untung kamu udah pulang, jagain dulu anakmu tuh gantian aku capek banget” dan keluhan-keluhan lainnya. Atau ketika mengeluh pada anak kita maka terjadilah seperti percakapan kedua anak di atas.

Anak merekam semua keluhan ibunya tersebut dan akhirnya membuat anak jadi ketakutan jika melakukan kesalahan seperti ketika bajunya kotor atau mainannya berantakkan. “Nak, awas ya kalau nanti di sekolah main pasir, bajunya kotor, ibu capek nyuciinnya” atau “Nak, ayo beresin mainannya nih berantakkan di sana sini, ibu kan sudah capek!”. Mungkin pentingnya bisa mengontrol diri, harus kita praktekan di dalam rumah. Menjadi IRT memang tak mudah, tapi belajarlah untuk bisa mengendalikan perkataan yang keluar dari lisan kita terhadap suami dan anak. Saya yakin, para IRT pasti capek.

Tapi, yuk mari kita belajar untuk bisa ikhlas dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Karena menjadi IRT adalah pilihan, bukan paksaan. Yakini dalam diri bahwa mengurus anak dan suami begitu menyimpan berkah di dalamnya. Peluh yang mengalir dan tenaga serta pikiran yang terkuras tidak ada yang sia-sia dari penilaian-Nya. “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. At-Taubah: 105) .

Bekerja dari rumah, maka mohonlah pada Allah untuk memberikan kekuatan serta hati yang lapang dalam menjalaninya. Dan mohonlah agar bekerja dari rumah lebih leluasa dalam melaksanakan aktivitas ibadah seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran, berdzikir, serta ibadah lainnya. Sehingga kesempatan untuk mengeluh berkurang atau terminimalisir dengan digantikan kalimat-kalimat positif yang keluar dari lisan. “Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah?
Rasulullah bersabda : “ Barangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (Lihat Tafsir Al-Quran Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33).
Pada akhirnya, semoga kita dimampukan oleh Allah untuk bisa berjihad dari rumah dan memperoleh berkah dengan mendidik anak-anak sebagai bentuk tanggung jawab dan sumbangsih yang besar bagi perbaikan umat. Insya Allah
sumber dari : [dakwatuna]
/[ 0 comments Untuk Artikel Bekerja di rumah membawa berkah]\

Post a Comment

Silahkan berkomentar..:)