Makanan selalu disalahkan sebagai penyebab obesitas alias kegemukan. Ini berbeda dengan tinjauan riset yang dilakukan 31 orang peneliti diet dunia yang dituangkan dalam sebuah buku karya John Talbott dan Nicole Avena.
Peneliti
menjelaskan bahwa kebanyakan orang yang menjalani diet justru semakin
bertambah berat badannya. Satu penjelasan yang logis adalah perubahan
hormonal akibat kebiasaan diet membuat selera makan menjadi berantakan.
Sebuah penelitian di Australia pada 2011 menunjukkan kadar hormon itu
akan tetap berantakan dan belum normal meski Anda menjalani diet setahun
penuh.
"Akibatnya,
leptin (hormon yang mengatur nafsu makan) jatuh, dan grelin (hormon
yang merangsang nafsu makan) naik. Itu akan terjadi setelah Anda
mengalami penurunan berat badan beberapa bulan usai diet," ujar Josep
Proietto, salah satu peneliti sekaligus tim penulis buku tersebut,
dilansir dari the Guardian, Selasa (14/1).
Universitas
Columbia melakukan riset kepada responden yang diet karena ingin
menurunkan 10 persen berat badan mereka. Mereka memilih untuk berdiet,
kemudian disajikan setumpuk makanan, sementara otaknya discanner yang
terhubung ke FMRI. Mereka kemudian diberikan rangsangan leptin.
Apa
hasilnya? Aktivitas otak mereka menunjukkan bahwa responden yang
berdiet itu menanggapi makanan-makanan lezat itu dengan bagian emosional
otak mereka.
Proietto
memaparkan jauh lebih baik dan lebih mudah bagi Anda untuk mencoba
memperbaiki pola makan Anda menjadi lebih sehat, ketimbang melakukan
diet tiba-tiba, apalagi diet ekstrem dengan mengubah porsi makanan.
Sebuah penelitian membandingkan mereka yang melakukan diet 20 pekan
dengan mereka yang melakukan pengaturan pola makan sehat secara bertahap
selama 40 pekan. Hasilnya? Mereka yang menjalani selama 40 pekan lebih
bisa mengurangi berat badannya dan lebih mampu mempertahankan berat
badan barunya itu, ketimbang mereka yang diet 20 pekan.
[calamba]
[calamba]
Post a Comment
Silahkan berkomentar..:)