Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih
anak hanya sepanjang galah. Begitulah pribahasa yang menggambarkan
betapa besarnya kasih seorang Ibu kepada anaknya. Kasihnya bagaikan
matahari yang menyinari bumi, hanya memberi tak harap kembali.
Sesungguhnya kau merawat serta menjagaku dengan segala ketulusanmu tanpa
pernah bisa aku membalas semua yang kau berikan untukku.
Ibu
adalah segalanya untukku, wanita yang paling sempurna di mataku.
Pengorbanannya tidak ada tandingnya di dunia ini. Bagaimana tidak, sejak
ia mengandungku selama sembilan bulan, betapa beban yang ia rasakan,
belum lagi saat ia melahirkan, ia harus mempertaruhkan nyawanya hanya
demi anaknya bisa menikmati indahnya dunia. Sudah lahir, ibu harus
menyusui, menyuapi, hingga aku besar. Tidak mudah bagi ia untuk
membesarkanku, agar menjadi insan yang sempurna.
Seluruh ruang
hati seorang Ibu dipenuhi rasa bahagia dan syukur saat diberi
kepercayaan kepada Allah SWT dengan dikaruniai anak kepadanya. Ibu tak
pernah mengeluh saat usia kandungannya semakin besar, saat itu betapa
beban yang ia rasakan. Ia mulai merasa kesulitan untuk berdiri, duduk,
tidur maupun berjalan. Selama itu pula tak pernah lupa ia memanjatkan
doa untukku, agar kelak menjadi anak yang dapat dibanggakan.
Sebelumku
dikandung, Ibu menginginkanku ada. Sebelumku dilahirkan, ibu telah
mengasihiku, sebelumku keluar dari kandungan, ibu pun rela mati untukku.
Tak heran jika nyawa dipertaruhkan ibu saat melahirkanku, rasa sakit
yang ia rasakan tak dapat diungkapkan. Namun, tangisanku mengalahkan
rasa sakit yang ia rasakan. Kini rasa sakit yang ia rasakan berubah
menjadi kebahagiaan yang tak terhingga. Inilah keajaiban kasih sayang
Ibu.
Bukan hal yang mudah untuk Ibu membesarkanku. Ia harus mampu
memahami tangisku, ia harus mengajariku berjalan, sampai berbicara. Ibu
adalah sekolah pertama bagiku. Terima kasih Ibu sudah memberi arti
ketulusan yang sebenarnya. Sesungguhnya tidaklah mudah menjadi seorang
ibu, bila jadi ibu itu mudah, mungkin ayah akan melakukannya.
Seringkali
aku dibuat kesal olehnya karena sikapnya yang menurutku terlalu
membatasiku sangat berlebihan. Aku sudah cukup dewasa untuk melakukan
hal yang membuatku ingin tahu, aku pun sudah bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang salah untukku. Tetapi aku masih saja diperlakukan
seperti anak kecil yang belum mengerti apa-apa, sikapnya ini lah yang
membuatku marah dan tidak terima diperlakukan seperti ini. Tapi aku tahu
seorang Ibu tak pernah sadar jika anaknya bukan lagi kanak-kanak. Aku
pun mengerti ibu khawatir seperti ini karena darah, daging, air susu
Ibu, semuanya menyatu dalam tubuhku. Maka wajar jika ia khawatirkanku,
itu karena ia peduli.
Tak jarang pula aku membuatnya kecewa,sedih
dan tanpa sengaja selalu menyakiti perasaanmu karena ulahku. Tak hanya
sekali aku membuatmu menangis, tanpa meminta maaf setelahnya. Aku tak
tahu, bagaimana perasaan ibu kala itu. Mungkin sakitnya melebihi saat
melahirkanku. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku sangat menyayangimu dan
takut kehilanganmu.
Menyesal! aku menyesal Ibu, telah menyakitimu
seperti ini. Tak pernah berniat sedikitpun untukku melakukan ini
kepadamu. Maafkan anakmu ini bu, tidak dapat memberikan yang terbaik
untukmu, seperti yang kudapatkan darimu ketika kecil. Maafkan atas semua
sifatku yang tak sengaja menyakitimu. Maafkan aku atas setiap tetes air
mata yang membasahi wajah cantikmu hanya karena sikapku yang
mengecewakanmu.
Malaikat di duniaku adalah Ibu, malaikat pelindung
yang siap 24 jam menjagaku. Perempuan tulus yang tak pernah lupa
caranya menyayangiku dan memperhatikan setiap aktivitasku setiap hari,
jam, menit, bahkan detik. Ia selalu ada untukku saat suka maupun duka.
Ia pula yang selalu memahami setiap inginku dan yang selalu memberiku
semangat tiada hentinya di saat asaku mulai sayup. Ia pula yang
memberiku banyak pelajaran serta pengalaman yang sangat berarti tentang
kehidupan. Sungguh mulia sosok Ibu, tidaklah salah bila surga-Nya berada
di telapak kaki Ibu.
Ibu di mataku sosok yang tak kenal lelah, ia
rela bekerja dari sebelum terbitnya matahari hingga terbenamnya
matahari. Ibu selalu tersenyum, meskipun aku tahu di balik senyumnya
terpancar rasa yang teramat lelah. Inilah pengorbanan seorang Ibu,
karena Ibu akan melakukan apa saja yang terbaik untuk anaknya.
Ibu
bagaikan lentera kehidupan yang tidak akan pernah padam, Ibu bagaikan
rembulan yang bersinar terang dan membebaskan diri dari kegelapan, kasih
sayangmu bagaikan mentari yang memberikan kehangatan sepanjang hari,
kaulah anugerah yang terindah yang aku miliki melebihi dunia dan
seisinya.
Ibu terima kasih atas ketulusanmu merawat dan menjagaku,
sesungguhnya aku takkan pernah bisa membalas semua yang pernah kau
berikan untukku. Aku rela melakukan apa saja untukmu walaupun nyawaku
taruhannya, meskipun aku sadar itupun belum dapat membayar semua jasamu.
Ibu,
terima kasih untuk semua tetes darah, ASI, dan keringatmu untukku, Bu.
Semoga Allah membalas semua kebaikanmu dengan Jannah-Nya. Nama yang tak
pernah lelah ku sebut dalam setiap doa, namamu Ibu. Dan tanpa dirimu aku
tidak terlahir di dunia ini. Aku bangga menjadi anakmu. Aku sayang Ibu.
*dari gadis kecilmu
[dakwatuna]
[cahayaislami99.blogspot.com]
Post a Comment
Silahkan berkomentar..:)