“Ma anaa bi qari (aku tak bisa membaca)”

|| || || Leave a comments




Terbayang dalam imajinasi saya, bagaimana kata-kata itu terbata-bata keluar dari lisan Rasulullah, dalam rasa takut yang mencekam, dan dada yang sesak, merinding, juga dengan keringat yang menderas, serta wajah yang pucat pasi. Jawaban itu diungkapkan Rasulullah ketika Jibril menemuinya di Gua Hira’ dan berkata kepadanya, “IQRA’! Bacalah!”

“Ma anaa bi qari (aku tak bisa membaca)”

Untuk kedua kalinya Rasulullah memberikan jawaban. Namun Jibril terus mendesak dan memaksa. Didekapnya Rasulullah hingga Rasulullah nyaris kehilangan nafas. “IQRA! Bacalah!”

“Ma anaa bi qari (aku tak bisa membaca)” jawaban Rasulullah tak berubah.

Hingga untuk yang ketiga kali, Jibril kemudian membimbingnya…

"Iqra' bismi rabbikalladzii khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya…” (Al Alaq 1-5)

Sahabat,

Menyimak episode turunnya wahyu Al Qur’an yang pertama itu, semoga kita teringatkan pada satu kata yang seharusnya menggugah dan menggerakkan kita untuk segera beramal. Dan satu kata itu adalah “IQRA! Bacalah!”. Ya. Inilah satu kata yang menjadi wahyu pertama Allah pada Rasulullah. Inilah satu kata yang telah mengubah wajah dunia. “IQRA! Bacalah!”

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka ia akan memperoleh satu kebaikan. Setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf” (HR. Tirmidzi)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita eja. Setiap satu huruf akan memperoleh satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas 10 kali lipat. Dari lafaz basmalah saja, ada 19 huruf akan tereja. Itu berarti ada 190 kebaikan pahala akan kita dapatkan insya Allah. Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang lain? Dalam satu juz Al Qur’an, akan kita temukan sekitar 10 ribu huruf. Bahkan mungkin lebih. Bayangkan! Berapa pahala kebaikan akan kita lewatkan jika kita lalai dari membacanya? Sedangkan kita tahu, Rasulullah telah berpesan, khatamkanlah al Qur’an dalam 30 hari. Itu berarti, dalam sehari paling tidak kita seharusnya membaca satu juz dari Al Qur’an. Maka sesungguhnya, 10 ribu huruf menunggu untuk kita baca setiap harinya. Ribuan huruf menunggu untuk kita eja. Dan ingatlah, di setiap huruf tersimpan 10 kebaikan pahala. Akankah kita menyia-nyiakannya?

“Alif Laam Raa. (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti..” (QS. Hud 1)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita rangkai. Dari huruf-huruf yang terangkai, akan terbaca kalimat-kalimat petunjuk dari Allah, akan terbaca kalimat-kalimat yang terang, kalimat-kalimat yang bercahaya, kalimat-kalimat yang menuntun manusia dari gelap menuju cahaya, kalimat-kalimat yang menerangi hati dalam dada. Tidakkah kita percaya?

“Dia lah yang menurunkan kepada hamba-hambaNya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya…” (Al Hadiid 9)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita senandungkan. Diantara ribuan senandung, saya percaya sahabat semua sepakat, senandung ayat Qur’an adalah senandung yang paling menentramkan, dan paling memberikan ketenangan. Maka senandungkan dengan khusyu’ perlahan. Sebagaimana senandung sahabat Ibnu Mas’ud ra, yang mampu membuat air mata Rasulullah menitik...

Ibnu Mas’ud ra bertutur,

"Rasulullah berkata kepadaku: `Hai Ibnu Mas'ud, bacakanlah Al Qur'an untukku!` Lalu aku menjawab: `Apakah aku pula yang membacakan Al Qur'an untukmu, ya Rasulullah, padahal Al Qur'an itu diturunkan Rabb kepadamu?` Rasulullah menjawab: `Aku senang mendengarkan bacaan Al Qur'an itu dari orang lain.` Kemudian Ibnu Mas'ud membacakan beberapa ayat dari surat An Nisaa'. Maka tatkala bacaan Ibnu Mas'ud sampai kepada ayat 41 yang artinya:

"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul dan nabi) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu);"

sedang ayat itu sangat mengharukan hati Rasulullah, lalu beliau berkata: `Cukuplah sekian saja, ya Ibnu Mas'ud!` Ibnu Mas'ud melihat Rasulullah meneteskan air matanya serta menundukkan kepalanya (HR. Bukhari)

Sahabat,

Jika kita mengaku mencintai Allah, dan jika kita mengaku mencintai Rasulullah, cukuplah itu menjadi alasan bagi kita untuk mencintai Al Qur’an. Dan salah satu tanda cinta itu, adalah dengan senantiasa membacanya. Bacalah surat cintaNya, dan bacalah warisan peninggalan Rasulullah tercinta. Akankah kita biarkan ribuan huruf itu terus menunggu, selamanya hening membisu, diam tak bicara di sudut meja? Belumkah datang saatnya bagi kita untuk tunduk menekuri huruf-huruf dari kalam yang suci?

“Belum kah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah dan (tunduk) kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al Kitab, kemudian berlalu lah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. al-Hadid : 16)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita eja. Maka ejalah dengan gembira. Sungguh di setiap hurufnya tersimpan sepuluh kebaikan pahala…

Ribuan huruf menunggu, untuk kita rangkai. Maka rangkailah menjadi kalimat-kalimat bercahaya penerang hati dalam dada…

Ribuan huruf menunggu, untuk kita senandungkan. Maka senandungkan dengan khusyu’ perlahan, dalam lantunan ayat suci nan menentramkan…

Ribuan huruf menunggu, sampai kapan kita membiarkan mereka menunggu? Adakah kita masih memiliki cukup waktu?


Wallahu a’lam
[mylesson]