Tentang Rasa

|| || || Leave a comments



“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu cintai sesuatu, padahal jahat akibatnya.”
Sesisir kata itu telah begitu lama membayangi netra, tapi dalam juga kah getar pemahaman yang dibawanya..

Ada kalanya hati mampu kuat menghadapi, dan ada kalanya pula terasa sungguh berat untuk dijalani, Sekali lagi tentang rasa, Tentang hati, Yang senantiasa terbolak-balikkan oleh kehendak Illahi Rabbi…


Ya akhi,
Terpahami sungguh bahwa di sangkamu ia lah sang bidadari, tapi ada kalanya pandang kita tersamar ilusi. Penilaian kita sedikit banyak terwarnai semata oleh kecondongan hati, padahal kita diberinya akal untuk lebih menimbangkan segala hal; Bukankah, kema’rufan sejati lah yang kita cari…

Segala usaha dalam kebenaran telah kau tempuhi, dan ketika sampai pada titik kesadaran akan kuasa Illahi, adakah engkau tetap akan berkeras menghindari?!
Ada takdir-Nya yang telah tertulis rapi, dan hanya selaksa keikhlasan hati yang akan menuntunmu menjalani…

Ya ukhti,
Termengerti penuh bahwa dalam timbangmu adalah dia yang terbaik. Dalam ranah akhlak, bahkan segala kecukupan raga. Hanya saja kadang sisi kebaikan yang lebih utama jadi terlupa. Akan tetap mampukah berbahagia di atas pemaksaan rasa?! Bukankah, kedamaian hakiki yang kita damba…
Beragam daya kebaikan engkau gelarkan dalam membuka jalan, dan jika tetap sampai pada titik yang nadir untuk dipungkiri, masihkah engkau hendak mengeraskan hati?
Ada jalan rencana-Nya yang terkadang di luar batas logika, dan yang kita lakukan cukup sekedar menjaga ihsannya prasangka…

Tak ada daun jatuh pun yang tak tercatatkan dalam Lauh Mahfudz-Nya, Tak ada sedepa langkah pun yang luput dari amatannya-Nya, Dan tak ada setetes pun air mata yang luput dari hitungan balasan-Nya, Jika memang ditakdirkan bersama… akan amat mudah bagi-Nya nanti berikan cara, Hanya saja setiap insan harus memahami batasan usaha…dan lebih utamakan jalan keridhaan-Nya meski berat terasa, Sungguh, dalam percaya pada-Nya, tak akan pernah ada yang tersia-sia…

Seiring kesadaran yang merambat perlahan, teringat sendu taubat Nabi Adam, dan mengiringi ucap doa seiring lantunan:

َﻦﻳِﺮِﺳﺎَﺨْﻟا ﻻﺎَﻗ َ ﺎَﻨﱠﺑَر ﺎَﻨْﻤَﻠَﻇ ﺎَﻨَﺴُﻔﻧَأ نِإَو ﻢﱠﻟ ْ ﺮِﻔْﻐَﺗ ْ ﺎَﻨَﻟ ﺎَﻨْﻤَﺣْﺮَﺗَو ﻦَﻧﻮُﻜَﻨَﻟ َّ َﻦِﻣ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi… (QS Al-A’raf: 23)

Oleh : Siti Zuhrotun Nisa'
[dakwatuna]
/[ 0 comments Untuk Artikel Tentang Rasa ]\

Post a Comment

Silahkan berkomentar..:)