cahayaislami99.blogspot.com |
PADA suatu masa seorang Raja Persia berkeliling di wilayah kerajaannya. Ia ditemani beberapa prajuritnya. Raja itu bermaksud melihat kondisi masyarakat sekitarnya.
Saat tiba di suatu desa, Raja melihat seorang kakek tua sedang menanami sebidang kebun dengan tekunnya. Tanpa mempedulikan orang disekitarnya kakek tua itu terus menggali tanah dengan tangannya dan menanam bibit satu persatu.
Raja pun tertarik melihat kakek tua itu dari dekat. Dihentikannya iringan kuda, lantas sang Raja mendekat dan bertanya, “Wahai kakek, apa yang tengah engkau lakukan?
Sang lelaki tua itu menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke arah Raja Persia itu. Dia lalu menjawab, “Aku sedang menanami kebunku dengan berbagai macam pohon buah, Baginda.”
Sang Raja kembali memperhatikan sang Kakek. Dia benar-benar terlihat begitu tua. Kulitnya kriput dan badannya kelihatan lemah. Mengapa ia mau bersusah payah menanam pohon ya?
“Wahai Kakek, untuk apa engkau menanam pohon yang butuh waktu bertahun-tahun untuk tumbuh, menjadi besar. Bahkan, jika pohon itu tumbuh dan berbuah bukankah engkau belum tentu menikmati hasilnya?” tanya Raja terheran-heran.
Sang Kakek tersenyum mendengar pertanyaan Raja yang terlihat masih muda itu.
“Baginda, bukankah setiap buah yang kita makan dari pohon-pohon yang ada di kebun kita merupakan pohon-pohon yang ditanam oleh kakek dan buyut kita di masa lalu? Maka, saya berkeyakinan kalaupun Allah tidak memberi kesempatan saya untuk menikmati hasil tanaman ini, setidaknya, anak, cucu atau cicit saya bisa menikmatinya. Karena itulah saya tidak ragu untuk menanam pohon ini Baginda, meskipun saya sudah tua.”
Raja dan para pengawal begitu terpesona mendengar jawaban dari sang Kakek tua. Bahkan, sang Raja serta merta memberikan sekantong uang sebagai hadiah kepada sang Kakek.
Ketika menerima pemberian Raja, sang Kakek tersenyum lebar dan berkata, “Wah-wah-wah, ternyata tak perlu menunggu lama untuk hamba menerima hasil usaha hamba menanam pohon buah ini…”
Sang Raja yang ikut senang dengan kegembiraan kakek menghadiahinya lagi sekantung uang. Dan kali ini sang kakek berkata dengan hangat pada rajanya.
“Engkau lihat wahai Baginda Raja, meski baru ditanam pohonku sudah berbuah hingga dua kali lipat dan memberi manfaat bagi diriku.”
Mereka semua tertawa dan mengambil pelajaran dari perilaku kakek bahwa kebaikan tak perlu ditunda-tunda selama masih ada kesempatan untuk melaksanakannya.
[fha/islampos/ZirlyferaJamil/ummi]
Post a Comment
Silahkan berkomentar..:)