Senyumku
pun mengembang.
Aku
tak dapat berpatah kata ketika sebuah gumam terlontar dari seorang
kawan.
Gemuruh
hati berdegup kencang, seolah ia terluka dalam.
Mereka
ucap, aku tak berperasaan karena mengabaikan kasih seseorang.
Mreka
ucap, aku pemilah yang mencari kesempurnaan.
Mereka
ucap, kasihku tak bisa di harapkan.
Berdosakah...
Ketika
kutolak cinta yang tak bertepi tanggung jawab?
Salahkah...
Jika
ku coba untuk taat?
Munafikkah...
Jika
ku semai rasa yang tak semestinya?
Sungguh..
Hati
ini tertutup oleh Dia yang Maha segala.
Kekasih
yang tak pernah hamparkan dusta.
Kekasih
yang tak pernah bersitkan luka.
Sanggupkah
aku abaikan cinta Sang Penguasa?
Tak
mengapa...
Penilaian
manusia terhadapku, kuanggap pemanis sandiwara.
Yang
takkan kuanggap sebagai kisah sia-sia.
Karena...
Cukuplah
rasa cinta dari Tuhanku
Yang
hidupkan jiwa sarat makna.
Hadapi
dunia penuh ceria, berikanku cerita istimewa.
Berikan
ketenangan di tengah kegundahan.
Ajarkanku
selalu tentang arti kehidupan.
Kurasa
itulah cinta.
Cinta
yang tumbuhkan sesak rindu, namun enggan berhenti menunggu.
Cinta
yang kadang sulit tuk dimengerti, namun selalu terpatri dalam hati.
Sungguh
takkan pernah kusesali.
Sejatinya,
inilah cinta yang hakiki.
Bagaimana
caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah siapa dan
dimana saat ini.
Untukmu
yang jauh disana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena kau ada
di hatiku namun tak tampak di mataku.
Aku
tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin
menunggumu, meski kau tak pernah meminta untuk di tunggu dan
diharapkan.
Hati
ini meyakini bahwa kau ada, meski entah di belahan bumi mana.
Yang
aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu, disini,di
sisiku.
Maka,
saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan berusaha mencintaimu
dengan cara yang di cintaiNYA.
Sekalipun
kita belum pernah bertemu, mungkin saat ini kita tengah melihat
langit yang sama,
Tersenyum
menatap rembulan yang sama.
Disanalah,
tatapanmu dan tatapanku bertemu.
[tausiyah cinta]
[tausiyah cinta]