Insya Allah para pembaca pun sudah tahu.
Namun bagaimana jika mengumbar aib diri sendiri? Allah tidak menyukai orang yang bangga dengan dosanya dengan mengumbar aibnya sendiri secara terang-terangan. Bahkan Allah tidak akan menegur manusia yang bangga dengan aibnya di akhirat.
Dan jika orang sudah bangga dengan dosa atau aibnya maka itu bisa menjadi tanda-tanda kiamat. Hanya karena tidak ingin disebut munafik maka dengan gamblangnya seseorang membuka aibnya.
Keterbukaan memang perlu dilakukan tetapi mengumbar aib sendiri merupakan bentuk kebanggaan yang sangat tidak disukai Allah. Orang yang menutupi aib diri dan aib orang lain tidak bisa disebut sebagai orang munafik. Justru dengan membenarkan dan membanggakan dosa-dosa yang dilakukan adalah kemunafikan. Jika memang tidak ingin menjadi orang munafik maka dengan optimal berusaha melaksanakan Al Qur’an dan As Sunnah.
Jika pun seseorang melakukan dosa atau kesalahan alangkah lebih baiknya bertaubat dan mengikhtiarkan solusi dengan menceritakan permasalahannya kepada orang yang benar-benar dapat dipercaya.
Ketika memilih seseorang untuk berbagi cerita mengenai aib maka harus dilakukan dengan hati-hati. Karena tidak semua orang bisa menyimpan rahasia.
Jika seseorang benar-benar bertaubat pasti dia akan merasa malu jika kesalahan atau aibnya dibahas oleh orang lain. Sebaliknya jika dia belum bertaubat, dia masih merasa bangga (walaupun hanya di dalam hati) tentang dosanya. Seseorang akan mampu meminimalisir perbuatan dosa jika memiliki rasa malu.
Inilah alasan yang kuat kenapa orang yang beriman harus memiliki rasa malu. Karena manusia tidak luput dari kesalahan maka kesalahan yang pernah dilakukan haruslah menjadi alasan untuk bertaubat.
Maka ketika ada kesempatan melakukan kesalahan yang sama dia akan merasa malu dan bahkan dia masih merasa malu karena pernah melakukan dosa sebelumnya. Sebaliknya jika dia masih bangga dengan dosa yang pernah diperbuatnya maka kemungkinan besar dia akan melakukan dosa yang sama.
Ada seorang pedagang yang bercerita kepada pelanggannya. Dengan bangganya dia menceritakan kepada pelanggannya bahwa sebelum menikah dia melakukan perzinahan sebanyak beberapa kali. Ketika perempuan itu hamil, barulah dia menikahinya. Dia menceritakan hal itu dengan merasa bangga dan membandingkan orang-orang di sekitarnya yang hanya melakukan perzinahan sekali tetapi sudah harus menikah. Padahal jelas bahwa wanita hamil haram dinikahi dan dicerai. Perzinahan pun jelas dilarang dalam Q. S Al Isra ayat 32.
Masya Allah.
Allah sangat menyukai orang-orang yang bertaubat tetapi sangat membenci orang-orang yang bangga dengan dosanya. Salah satu bentuk bangga dengan dosa adalah dengan mengumbar-umbar aibnya sendiri di hadapan orang lain.
Mari saudaraku, janganlah kita menganggap remeh kesalahan- kesalahan kita. Apalagi hanya dengan cengengesan atau berseri-seri ketika melakukan dosa. Karena Allah yang maha pemurah menutupi aib-aib kita, mengapa kita menzhalimi diri sendiri dengan membuka aib sendiri pada orang lain.
Orang lain akan tetap menghargai kita karena Allah menutupi aib-aib hamba-Nya. Bayangkan jika aib kita diperlihatkan, maka orang lain tidak akan bersedia mendekati atau bahkan melihat kita karena saking banyaknya aib.
Tetapi Maha Pemurahnya Allah dengan menjaga aib hamba-hamba Nya sehingga orang lain masih bersedia melihat, mendengar, menghargai dan mencintai kita.
Oleh : Atik NH
[dakwatuna]